Dalam beberapa kesempatan menjadi penguji dan juga menjadi pembimbing mahasiswa S1, S2 dan S3, banyak dijumpai kesalah-pahaman dalam melakukan analisis dan pembahasan…
Jika ada gambar atau grafik juga ada tabel atau diagram, yang namanya analisis atau pembahasan itu tidak sekedar menjelaskan atau sekedar memberikan keterangan pada gambar atau tabel tersebut. Kalo caranya seperti itu, maka siswa/i SMA (bahkan SMP)-pun juga bisa… Bukan sekedar memberikan keterangan… Namun berupa penjelasan secara ilmiah, mengapa terjadi gambar seperti itu atau mengapa hal itu nampak pada tabel, bahkan jika ada anomali apapun, bukankah itu juga akan sangat bagus jika bisa dijelaskan… Tentu saja…
“Pemahaman itu adalah kemampuan bisa menjelaskan dengan cara yang sederhana…” (agfianto)
So gunakan cara yang sederhana untuk bisa menjelaskan kerumitan, sehingga orang yang bukan pakar atau ahli dalam bidang tersebut -pun juga bisa menikmati ‘cerita’ Anda… Bukankah dengan cara demikian ini justru merupakan sumbangsih kita dalam dunia ilmiah sehingga bisa lebih banyak orang bisa memahami dan semoga saja mendapatkan manfaat-nya sekaligus, minimal ya paham tadi…
Jika ada sebuah grafik, hasil statistik, gambar atau foto dan lain sebagainya, lakukan analisis dengan menceritakan bagaimana kaitan antara konsep-konsep (biasanya ada juga ditulis di landasan teori atau dasar teori) dan realita tersebut terkorelasi, jika ada anomali bisa juga diceritakan apa penyebabnya, bagaimana itu bisa terjadi dan seterusnya…
Melatih diri melalui Soal Ujian
So, ada baiknya kebiasaan mampu ber-‘cerita’ seperti ini dikembangkan sejak seseorang masuk bangku kuliah. Hal ini berlaku juga untuk pembuatan soal-soal ujian, perhatian khusus bagi dosen seperti saya ini…
“Lebih baik mengasah logika dan pengetahuan dibanding hanya menanyakan segala hal yang perlu dihafal…” (agfianto)
Ya! Mahasiswa sejak awal akan dilatih untuk selalu menggunakan kemampuannya (dalam hal ini bisa diwakili dengan otak kiri dan kanan) untuk menganalisis. Memang awalnya menjawab pertanyaan yang harus dijawab dengan basis logika dan pengetahuan bukan merupakan hal yang mudah, namun seiring dengan waktu, tentu nantinya akan terbiasa dengan hal-hal yang demikian, dan tentunya tambah cerdas…
Saya masih ingat bagaimana saat dulu SMA, guru pelajaran biologi saya selalu memberikan pertanyaan yang tidak sekedar menuliskan hafalan2 saja, namun dilatih-lah kita untuk menggunakan basis logika dan pengetahuan dalam menjawab, agar lebih diperoleh pemahaman yang sesungguhnya.. Dan alhamdulillah saya beruntung sekali punya ibu guru yang suuper seperti itu… walaupun nilai-nilai ulangan saya waktu itu jelas-jelas tidak bisa dibanggakan, hehe…
Harapan-nya memang jelas, bahwa setiap orang tidak lagi melakukan pengambilan kesimpulan secara serampangan, harus bisa berpikir dan melakukan analisis secara obyektif dan jujur. Dan jika dimulai lebih dini tentu saja akan lebih baik. Ini juga berlaku pada saat mengajar, bagi guru dan dosen, agar bisa ditanamkan pemahaman dengan lebih optimal.
“Mengajar itu tidak sekedar menyampaikan, tapi juga menanamkan pemahaman dan kebaikan… Itulah ilmu yang akan terus ditularkan…” (agfianto)
Topik Tugas Akhir bisa lebih FOKUS
Ya! Ini juga penting, adakalanya judulnya, topiknya sudah FOKUS, namun isi laporannya cerita kesana kemari, malah tidak atau sedikit membahas tentang topik yang diajukan, misalnya ada judul seperti ini “Kestabilan Quadrotor menggunakan Algortima YYY dengan basis ZZZ” – jelas-jelas fokusnya adalah penggunaan atau implementasi algoritma YYY untuk kestabilan quadrotor, nah dalam hal ini detil fokusnya adalah basis ZZZ pada algortima YYY karena (barangkali) basis-basis lainnya sudah terlalu mainstream, atau banyak penelitian-penelitian sebelumnya. Sehingga “cerita” dari laporannya ya fokus saja pada YYY dengan basis ZZZ, bukan malah nerangin panjang lebar tentang model quadrotornya, atau yang tidak/bukan fokusnya.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Ada dua kemungkinan, menurut saya, (1) kebiasaan tidak pernah atau jarang melakukan analisis terfokus atau (2) menghindari kesulitan membahas fokus topiknya (kenapa juga milih topik TA tersebut??? hadewwwh). Jelas (1) dan (2) solusinya masing-masing, yang (1) ya harus membiasakan diri seperti saya jelaskan sebelumnya sedangkan yang ke(2) sudah jelas kan? Ngapain juga milih topi tersebut untuk TA, namanya itu menzalimi diri sendiri… hehe…
Sudah gitu saja, terima kasih sudah mampir membaca tulisan saya ini dan semoga bermanfaat… 🙂